Hey!
Jumpa lagi nih...
Selamat
datang kembali, di artikel ini kita akan lanjutkan pembahasan dari
artikel Kenapa Lulusan Perguruan Tinggi Semakin Sulit Dapat Pekerjaan? Part I.
Let’s
rock!
4.
Kurangnya network atau koneksi
Bila
kamu adalah seorang fresh graduate, belum punya pengalaman kerja, IPK
pas-pasan, bukan berarti karirmu sudah kandas, bro! Masih ada senjata
lain selain IPK dan pengalaman, yaitu koneksi!
Bukan
rahasia lagi, di mana-mana kita melihat tidak sedikit orang yang
sebenarnya kurang kompeten atau bahkan tidak memenuhi kriteria untuk
menempati sebuah jabatan, namun ternyata mereka berhasil mendapatkan
pekerjaan tersebut karena adanya koneksi mereka (atau orangtua
mereka) dengan ‘orang dalam’ perusahaan.
Di
sini aku bukan mau menyarankan kamu untuk main backdoor,
tapi kita perlu memahami esensi dari koneksi ini. Bila mereka yang
‘curang’ saja bisa memakai cara ini, kenapa kita yang jujur tidak
juga memanfaatkannya? Mulailah memahami nilai dari sebuah koneksi dan
mulailah membangun jaringan (network) koneksimu. Karena di era
sekarang ini, bila kamu tidak networking,
maka kamu not
working!
Sebagai
ilustrasi, kita asumsikan kamu telah menjalin pertemanan yang baik
dengan kakak-kakak seniormu sewaktu kuliah dulu, begitu juga dengan
teman-teman seangkatan dan juniormu. Pada saat kamu sudah lulus, kamu
bisa mengontak kakak-kakak seniormu yang pastinya sudah lebih dulu
terjun ke dunia kerja, mereka mungkin saja sudah menempati
posisi-posisi strategis di sana. Bila hubunganmu baik dengan mereka,
tentu saja mereka dengan senang hati membantu junior se-almamaternya
untuk masuk ke perusahaan tempatnya bekerja.
Begitu
juga hubunganmu dengan teman-teman seangkatan bahkan juniormu. Bila
kamu berhubungan baik dengan mereka, kamu bisa mendapat update dari
mereka sewaktu-waktu di perusahaan mereka terdapat posisi kosong yang
menjadi peluang untukmu naik ke jenjang karir yang lebih tinggi.
Luar
biasa kan? Tapi ingat, kamu juga harus menjaga nama baik
teman-temanmu yang merekomendasikanmu. Jangan sampai ternyata saat
kamu sudah menempati jabatan itu, kamu memberikan kinerja yang buruk.
Ini akan mengecewakan dan berdampak buruk pada reputasi mereka dan
pandangan mereka terhadapmu.
5. Surat lamaran yang buruk
Serius!
Banyak orang yang menyepelekan surat lamaran dan CV/resume mereka. Di
sini aku berbicara sebagai seorang praktisi psikologi, saat kami
sedang menangani proses-proses rekrutmen, ada banyak sekali kami
temui kesalahan-kesalahan dalam pembuatan surat lamaran dan CV. Kamu
mungkin nggak akan percaya betapa konyolnya kesalahan-kesalahan itu.
Ada
pelamar yang berusaha tampil keren dan membuat surat lamarannya dalam
bahasa Inggris. Tapi sayangnya, dia tidak paham bahwa Google
Translate tidak bisa menghasilkan gramatika yang baik. Alhasil surat
lamarannya betul-betul acak kadut dan membuat siapa saja yang
membacanya tertawa. Selain itu, banyak yang juga
kesalahan pengetikan (typo) dan surat lamaran yang kelihatannya
copy-paste dari sumber internet atau sengaja dicetak banyak untuk
diantarkan ke banyak perusahaan sekaligus, dari mana kami tahu?
Karena dia lupa mengganti nama perusahaannya!
Saranku,
sebagai orang yang telah berpengalaman melemparkan ribuan berkas
lamaran yang gagal dalam tahap awal rekrutmen, berikan perhatian
lebih dalam membuat surat lamaran dan CV-mu. Karena di tahap awal
rekrutmen ini, senyumanmu, postur tubuhmu dan kemampuan komunikasimu
tidak akan menolongmu, hanya tulusanmu yang akan merepresentasikan
dirimu. Jadi buatlah sebuah berkas lamaran yang bagus, rapi dan
berkarakter.
6. Tidak Memiliki Persiapan Menghadapi Wawancara
Saat
kamu mendapat panggilan untuk wawancara, itu adalah kabar baik,
artinya kamu sudah melewati tahap awal. Perusahaan tertarik melihat
berkasmu, dan mereka ingin mengenalmu lebih dekat, apakah kamu
benar-benar orang yang mereka butuhkan.
Sejak
dari zaman prasejarah (di dunia kerja), wawancara selalu menjadi
momok bagi banyak pelamar kerja. Ya! Pewawancara memang akan menanyai
kamu dengan pertanyaan-pertanyaan yang menonjok dengan telak di
wajahmu. ‘Kenapa kami perlu menerima kamu?’, ‘Apa yang bisa
kamu berikan untuk perusahaan?’, ‘Ceritakan kepada kami, siapa
dirimu?’ (ini pertanyaan paling menjebak, dan biasanya akan diikuti
dengan...) ‘Apa kelemahan terbesarmu?’
![]() |
Sucker Punch, huh? |
Bila
kamu tidak mau keluar dari ruangan wawancara dengan babak belur,
maka sebaiknya kamu benar-benar mempersiapkan dirimu dengan matang.
Mbah Google adalah tempatmu mengadu di sini, seluruh jawaban-jawaban
terbaik untuk pertanyaan-pertanyaan seperti tadi bisa kamu temukan di
sana. Bukan cuma pertanyaan-pertanyaan itu, kamu juga HARUS melakukan
riset tentang perusahaan yang ingin kamu lamar! Kapan perusahaan itu
berdiri, siapa tokoh-tokohnya, apa saja produknya, bagaimana
kiprahnya di masyarakat, siapa saja kompetitornya? Pokoknya kamu
harus siap sedia, pewawancara ingin tahu seberapa besar niatmu
terhadap perusahaan ini, jadi sekali lagi, lakukan riset! Jangan
manja!
Pada
saat kamu diundang masuk ke ruang wawancara, perhatikan caramu
berjabat tangan! Jangan menjabat tangan dengan lemas atau terlalu
kuat, kamu bukan mau adu panco! Berjabat tangan yang kokoh dan solid,
saat kamu menjabat tangan si pewawancara, jangan melihat tangannya!
Lihat matanya, tersenyumlah dengan semangat dan bersahabat. Tunjukkan
kamu antusias, ini akan membuat si pewawancara lebih aware
terhadap kamu.
Pada
saat pewawancara sudah hampir selesai, dia akan bertanya: Apa anda
punya pertanyaan? Pastikan kamu menjawab ya! Selalu tanyakan sesuatu,
ini akan menunjukkan bahwa kamu benar-benar tertarik pada pekerjaan
itu. Tanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti jenis-jenis skill atau
kualifikasi apa yang dibutuhkan perusahaan tersebut, bagaimana
jenjang karirnya, peluang apa saja yang ditawarkan, paket benefit
yang dijanjikan perusahaan, insentif, bonus dan lain sebagainya.
Ingat, kamu juga berhak mewawancarai perusahaan!
7. Tidak Memiliki Senjata Rahasia
Untuk
mencegah artikel ini terlalu panjang, kita lanjutkan di sini ya:
EmoticonEmoticon